Sabtu, 01 Oktober 2011

"Kepala Ikan" *love story

Dikisahkan, sepasang kakek nenek yang telah hidup harmonis selama lima puluh tahun, tengah merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka. Mereka mengadakan pesta yang cukup meriah. Mereka mengundang semua kerabat dan teman. Dulunya, saat pertama kali mereka menikah, mereka hidup miskin. Namun , seiring berjalanya waktu, hidup mereka perlahan-lahan mulai sejahtera. Kini, usia ereka yang senja, mereka telah menjadi kaya raya. Untuk itu, di usia ulang tahun pernikahan mereka yang sudah memasuki setengah abad ini, mereka mengadakan pesta besar-besaran. 

Hidangan dalam pesta itu sangat mewah. Mulai dai es krim, sup, danging, aneka buah-buahan, dan banyak ikan. Yang diundang juga sangat banyak. Sungguh pesta yang sangat mega !. Saat acara makan-makan dimulai, kakek dan nenek yang sama-sama gemar makan ikan itu hendak menyantap menu favorit mereka secara bersama. Si kakek mengambil seekor ikan yang paling besar dan meletakannya ke atas piring. Ia lantas memtong kepala ikan itu dan memberikannya kepada si nenek.

Melihat itu, si nenek measa sangat kecewa. Ia yang asalnya gembira mendadak menjadi murung. Saat si kakek bertanya kenapa, si nenek menjawabnya, "Kita sudah hidup bersama bertahun-tahun, dan aku selalu menerimamu apa adanya. Aku juga jalani kehidupan kita saat susah tanpa mengeluh. Aku pun sering mengalah padamu. Tak jarang juga aku selalu memakan sisa makanan atau makan bagian lauk yang tidak kau sukai dengan senyuman".

Melihat si nenek menangis, kakek semakin bingung. "Kini, saat hidup kita enak, kau masih saja memberi kepala ikan kepadaku. Sadarkah kau jika selama ini aku selalu makan kepala ikan dan tak pernah sekali pun merasakan empuk dangurihnya daging ikan? Tega sekali kau", ujar si nenek sambil menitikan air mata.

Mendengar itu, si kakek terkejut. Ia lantas berkata, "Istriku sayang, kau salah sangka. Aku memberimu kepala ikan bukan karena aku ingin menikmati dagingnya sendiri. Tahukah kau bahwa bagian dari ikan yang paling aku sukai adalah kepalanya? Kepala ikan yang digoreng itu sangat renyah dan gurih jika dimakan. Tapi walau begitu, aku menahan keinginanku karena aku ingin kau saja yang menikmati enaknya kepala ikan. Biar aku saja yang makan dagingnya, yang menurutku sama sekali tidak gurih. Saat kau makan kepala ikan dengan senyuman itu, aku mengira kau sangat gembira. Untuk itu lah, aku berjanji pada diriku akan selalu memberikan kepala ikan kepadamu supaya kau selalu bisa menimati enaknya kepala ikan dan gembira selalu, "Jawab si kakek denga  menitikan air mata.

Mendengar itu, si nenek merasa bersalah. Ia pun memeluk si kake dengan erat.

Ini salah satu cerita yang saya baca dari buku yang tadi sore saya beli di Jogja Islamic Book fair "Pengorbanan Seekor kupu-kupu". Kisahnya Romantis bgt *menurut saya :)

Kakek dan nenek yang saling setia itu rela mengorbankan hal yang paling mereka sukai demi pasangan mereka. Si nenek, Ia rela bertahun-tahun makan kepala ikan pemberian suaminya tanpa mengeluh demi kegembiraan suaminya. Padahal, ia sangat ingin sekali makan daging ikan. Sebaliknya, si kakek rela memberikan kepala ikan kegemarannya untuk nenek selama bertahun-tahun. Itu juga dilakukan agar istrinya bisa selalu gembira. Sungguh luar biasaaaaa......

Jika seseorang bisa mengalah kepada orang yang dicinainya sekali atau dua kali, itu biasa. Tapi, jika bisa menjadikan rasa mengalah itu sebagai kebiasaan untuk orang dicntainya, itu baru luar biasa.

Saya sendiri saja kadang berat sekali melepas sesuatu yang amat saya senangi *saya ngakuuuu ini loh hhee.....

Yap. belajar dari cerita ini.... melakukan dari hal-hal yang sederhana... sesederhana "Kepala Ikan"

2 komentar: